Kamis, 14 Juni 2012

Fenomena Psikologi Positif dalam Dunia Motivasi

Fenomena Psikologi Positif dalam Dunia Motivasi

Hellow sahabat-sahabat super dimanapun Anda berada.. Berikut ini ada sebuah artikel yang lebih tepatnya merupakan salah satu tugas dalam mata kuliah psikologi kepribadian II yang dibuat oleh salah satu kelompok.  Adapun artikel ini diposting bertujuan untuk menambah sedikit pengetahuan teman-teman dan sssssttttt… artikel ini belum pernah dipublikasikan dimanapun lo.. kekekeke.. Jadi kalau ada blog-blog lain atau bahkan koran yang menampilkan artikel ini apalagi sama persis, kami berani menjamin bahwa ini adalah salah satu karya Anak2 Psikologi USU 2010 lah yang berbakat..
Let’s check this out.. sebelumnya kalau ada yang ingin berdiskusi ataupun ada isi dari artikel ini yang salah, mohon tinggalkan pesan Anda pada kolom dibawah ini.. :D
“Success is my Right”
“Salam Super!”
Pernahkan Anda mendengar atau membaca tag line seperti diatas? Mayoritas pasti akan menjawab pernah. Tahukah Anda dimana Anda bisa menemukan tag line seperti itu? Ya, tag line seperti itu bisa kita temukan dalam seminar-seminar motivator. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), motivator disebutkan memiliki arti sebagai orang (perangsang) yang menyebabkan timbulnya motivasi pada orang lain untuk melaksanakan sesuatu; pendorong; penggerak. Bahkan, sudah umum motivator dijadikan sebagai sebuah profesi dan karena merupakan profesi maka ada jasa tertentu yang harus dibayarkan setelah mendapatkan motivasi dari motivator. Pemberian motivasi bisa melalui training, seminar, dan sebagainya.
“Success is my Right” merupakan kata-kata yang terkenal dari Andrie Wongso – satu-satunya Motivator di Indonesia yang bergelarkan SDDT TBS (Sekolah Dasar Tidak Tamat, Tapi Bisa Sukses) – dan “Salam Super!” merupakan salam pembuka yang biasa dibawakan Mario Teguh dalam seminarnya. Sudah banyak seminar-seminar motivasi yang digelar di Indonesia atau bahkan disiarkan oleh televisi, seperti acara Golden Ways oleh Mario Teguh. Terlepas dari apakah orang yang memberikan seminar motivasi tersebut adalah motivator yang sudah terkenal atau motivator baru, pasti kita pernah mengikuti atau menontonnya setidaknya sekali.
Fenomena seminar motivasi semakin merajarela belakangan ini. Bahkan kebanyakan para motivator yang terkenal tersebut berangkat dari individu dengan latar belakang hidup yang “keras”. Salah satu tokoh motivator yang terkenal di Indonesia misalnya, Andrie Wongso. Beliau merupakan anak yang terlahir di keluarga yang kurang mampu dan terpaksa berhenti sekolah di umur 11 tahun. Gambaran nyata lainnya yaitu tokoh motivator muda yang mulai terkenal belakangan ini, Bong Chandra, seorang entrepreneur muda yang sukses pada usia 22 tahun dengan usaha keras dari nol dan bahkan dianggap remeh oleh banyak orang sebelumnya. Bahkan dia telah diundang untuk memberikan motivasi di Perusahaan Terbesar Dunia (versi Fortune 500) dan telah memberikan motivasi ke lebih dari 2 juta orang di TV ONE, serta seminarnya selalu dihadiri ribuan orang.
Dalam fenomena ini, kita bisa melihat gambaran mengapa para motivator bisa memotivasi orang lain, sehingga banyak orang yang tertarik mengikuti seminar-seminar motivasi. Tujuan motivator, yaitu memberikan motivasi, membantu dan memberikan individu sebuah pemahaman dalam mencapai suatu tujuan ataupun menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari. Banyak kasus dimana kita temui ada partisipan yang mengikuti sebuah seminar motivasi dan memberikan testimoni yang berterima kasih pada sang motivator karena masalahnya terselesaikan atau misalnya setelah mengikuti seminar pendapatannya meningkat.
Salah satu contoh kasusnya, yaitu testimoni seorang yang bernama Katarina Indrawati dalam website Bong Chandra (http://www.bongchandra.co.id/testimonial.html): “Hadir dalam seminar pak Bong adalah salah satu keputusan terbaik dalam hidup saya. Itulah titik balik dari hidup saya saat ini. Apa yang saya dapatkan tidak ada sangkut pautnya dengan uang. Tetapi dengan HIDUP saya. Pak Bong membantu saya menemukan kembali impian saya dan membuat saya berani bertindak untuk meraih impian itu. Membuat saya percaya bahwa jika saya cukup berusaha dan berhenti beralasan saya bisa meraih impian saya dengan keterbatasan saya sebagai ibu rumah tangga.”
Dari testimonial tersebut kita bisa melihat bagaimana seorang motivator mampu memotivasi individu hingga membuat hidupnya bermakna dan menemukan apa yang ingin dicapainya. Dari apa yang mampu dilakukan motivator tersebut dalam membuat individu mengembangkan potensinya, makna dan tujuan hidupnya hampir sama dengan apa yang merupakan tujuan dari psikologi positif.
Tujuan-tujuan yang ingin dicapai para motivator dan paham yang dianut mereka membuka wawasan kita ke arah psikologi positif, dimana psikologi positif dalam tingkat individual berkaitan dengan trait pribadi yang positif: kapasitas untuk mencintai dan dicintai, potensi melakukan suatu tugas, keberanian, keterampilan interpersonal, kepekaan estetika, ketekunan, kemampuan memaafkan, orisinalitas, orientasi masa depan, keberbakatan dan kebijaksanaan.
Psikologi Positif (Positive Psychology) muncul sebagai cabang psikologi (terbaru) pada tahun 1998. Psikologi positif menekankan pada optimalisasi fungsi-fungsi kehidupan, lebih menekankan apa yang benar/baik pada seseorang, dibandingkan apa yang salah/buruk. Psikologi positif ini memfokuskan dirinya untuk meneliti kekuatan-kekuatan dan kelebihan-kelebihan yang ada pada manusia dan berhubungan dengan penggalian emosi positif (seperti baik hati, humor, cinta, optimis, dsb), yang akan mengantarkan dirinya untuk mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan.
Dalam seminar motivasi, biasanya para motivator akan memberikan semangat, pendorong, bahkan berbagi cerita bagaimana mereka bisa mencapai kesuksesan mereka. Umumnya, mereka akan berangkat dari cerita dimana mereka yang bukan apa-apa, bagaimana orang lain meremehkan mereka, hidup serba kekurangan, mampu mencapai kesuksesan yang tidak akan disangka oleh siapapun. Hal ini seolah-olah menggambarkan bagaimana individu yang dianggap pesimistik oleh orang lain, mampu melihat dirinya secara optimistik; melawan semua ketidakberdayaan dan kekurangan, mengembangkan potensinya dibawah tekanan lingkungan yang tidak mendukung, berpikir positif, serta yakin akan tujuannya hingga menjadi kenyataan. Maka boleh dikatakan, umumnya cara berpikir para motivator sejalan dengan paham psikologi positif.
Meskipun motivator dan psikolog yang menganut paham psikologi positif sama-sama memiliki tujuan yang sama, yakni kebahagian manusia, tentu saja ada perbedaan yang mendasar di antara keduanya itu. Para motivator cenderung mendorong audiensnya untuk mencapai kebahagiaan dengan berlandaskan pada pengalaman-pengalaman pribadi sang motivator (cenderung subjektif), dan menggeneralisasikan pengalaman-pengalaman pribadinya pada semua audiensnya (“Saya bisa, maka Anda pun pasti bisa”). Sedangkan psikolog yang menganut paham psikologi positif, mereka lebih memahami individual differences sehingga teknik atau cara yang mereka gunakan untuk membimbing individu mencapai kebahagian cenderung akan berbeda satu sama lain.
Dalam bukunya, Learned Optimism – How to Change Your Mind and Your Life, Prof. Seligman (Bapak psikologi Positif) mengemukakan 3 cara untuk bahagia, yakni Have a Pleasant Life (life of enjoyment), Have a Good Life (life of engagement), dan Have A Meaningful Life (life of Contribution). Kebahagiaan hanya dapat dicapai dengan memandang hidup sebagai hal yang bermakna dan berharga, mengenali diri dan menemukan kekuatan-kekuatan kita, lalu memanfaatkan kekuatan-kekuatan kita untuk kepentingan yang lebih besar. Terlepas dari apakah psikolog atau motivator yang memberikan motivasi pada individu, makna dan tujuan hidup hanya dapat dicapai dengan terlebih dahulu mengembangkan pikiran positif mulai dari diri kita sendiri.

1 komentar:

  1. Nice articles,,,sebanyak apapun mengikuti seminar motivasi, yang namanya semangat datangnya dari diri sendiri ^^

    BalasHapus